Kamis, 22 April 2010

Sakit Dalam Pandangan Al Qur'an

Kita menyadari bahwa apapun yang menimpa diri manusia adalah takdir, sehingga sakit pun merupakan takdir Sakit dan penyakit merupakan suatu peristiwa yang selalu menyertai hidup manusia sejak jaman Nabi Adam. oleh karena itu diperlukan landasan kita berpijak dalam memahami sehat dan sakit tersebut.
Allah berfirman: Dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika ia menyeru Tuhannya: “(Ya Tuhanku), Sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan yang Maha Penyayang di antara semua Penyayang”. Maka Kamipun memperkenankan seruannya itu, lalu Kami lenyapkan penyakit yang ada padanya dan Kami kembalikan keluarganya kepadanya, dan Kami lipat gandakan bilangan mereka, sebagai suatu rahmat dari sisi Kami dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Allah.
(Al Quran Surah Al Anbiyaa’ [21]:83-84)
Ayat diatas mengisahkan Nabi Ayub yang ditimpa penyakit, kehilangan harta dan anak-anaknya. Dari seluruh tubuhnya hanya hati dan lidahnya yang tidak tertimpa penyakit, karena dua organ inilah yang dibiarkan Allah tetap baik dan digunakan oleh Nabi Ayub untuk berzikir dan memohon keridhoan Allah, dan Allah pun mengabulkan doanya, hingga akhirnya Nabi Ayub sembuh dan dikembalikan harta dan keluarganya.
Dari ayat di atas dapat diambil pelajaran bahwa hendaknya manusia tidak berprasangka buruk kepada Allah SWT tetapi yang lebih utama ketika ditimpa cobaan berupa sakit jangan pernah berputus asa akan rahmat Allah serta bersabar dalam menerima takdir Allah. Karena kita sebagai manusia perlu meyakini bahwa apabila Allah mentakdirkan sakit maka kita akan sakit, begitu pula apabila Allah mentakdirkan kesembuhan, tiada daya upaya kecuali dengan izin-Nya kita sembuh.
(Yaitu Tuhan) yang telah menciptakan Aku, Maka Dialah yang menunjuki Aku. Dan Tuhanku, yang Dia memberi Makan dan minum kepadaKu. Dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan Aku. Dan yang akan mematikan Aku, kemudian akan menghidupkan aku (kembali). Dan yang Amat kuinginkan akan mengampuni kesalahanku pada hari kiamat”. (Al Quran surah Asy Syu’araa’ [26]: 78 – 82)
KONSEP SAKIT
Di hadapan Allah, orang sakit bukanlah orang yang hina. Mereka justru memiliki kedudukan yang sangat mulia.
“Tidak ada yang yang menimpa seorang muslim kepenatan, sakit yang berkesinambungan (kronis), kebimbangan, kesedihan, penderitaan, kesusahan, sampai pun duri yang ia tertusuk karenanya, kecuali dengan itu Allah menghapus dosanya.:
(Hadist diriwayatkan oleh Al-Bukhari)
Bahkan Allah menjanjikan apabila orang yang sakit apabila ia bersabar dan berikhtirar dalam sakitnya, selain Allah menghapus dosa-dosanya.
“Tidaklah seorang muslim tertimpa derita dari penyakit atau perkara lain kecuali Allah hapuskan dengannya (dari sakit tersebut) kejelekan-kejelekannya (dosa-dosanya) sebagaimana pohon menggugurkan daunnya.”
(Diriwayatkan oleh Imam Muslim)
“Jika kamu menjenguk orang sakit, mintalah kepadanya agar berdoa kepada Allah untukmu, karena doa orang yang sakit seperti doa para malaikat.”
(HR. Asy-Suyuti)

Kamis, 28 Januari 2010

Membiasakan Diri dalam Kebajikan

Dalam suatu hadits qudsi, Allah SWT berfirman “Jikalau seseorang hamba itu mendekat padaKu sejengkal, maka Aku mendekat padanya sehasta dan jikalau ia mendekat padaKu sehasta, maka Aku mendekat padanya sedepa. Jikalau hamba itu mendatangi Aku dengan berjalan, maka Aku mendatanginya dengan bergegas.” (HR. Bukhari)

Di dalam kehidupan sehari-hari, jika kita perhatikan ternyata ada beberapa orang mempunyai kecenderungan tertentu. Orang yang sering berbuat maksiat, maka dari hari kehari dia akan semakin terjerumus kedalam lembah yang hitam,perilakunya bak binatang. Sebaliknya orang yang taat beribadah, maka akan banyak amalnya dan cenderung baik kehidupan sosialnya dengan masyarakat, dan bahagia kehidupan keluarganya.

Jika kita mebiasakan diri untuk berbuat kebajikan, insya Allah akan semakin banyak terbuka pintu-pintu kebaikan yang lain. Hal ini sesuai dengan hadits qudsi di atas bahwa semakin tinggi intensitas dan kualitas ibadah kita kepada Allah SWT maka semakin dekatlah kita dengan-Nya.

Salah satu kunci kesuksesan hidup kita adalah bagaimana kita membiasakan berbuat kebajikan. Semakin kita terbiasa berbuat baik, maka semakin mudah jalan kita untuk mencapai kebahagiaan hidup. Agar manusia terbiasa beribadah, maka beberapa ibadah dilakukan berulang dalam kurun waktu tertentu seperti sholat wajib & puasa sunah secara rutin.

Yang menjadi masalah adalah sulitnya untuk memulainya. Memulai suatu aktifitas terkadang lebih berat dibandingkan ketika melaksanakannya. Terkadang juga kita sering menunda perbuatan baik, padahal perbuakan baik harus segera dilaksanakan, sebagaimana sabda Rasulullah saw:
“Bersegeralah untuk beramal, jangan menundanya hingga datang tujuh perkara. Apakah akan terus kamu tunda untuk beramal kecuali jika sudah datang: kemiskinan yang membuatmu lupa, kekayaan yang membuatmu berbuat melebihi batas, sakit yang merusakmu, usia lanjut yang membuatmu pikun, kematian yang tiba-tiba menjemputmu, dajjal, suatu perkara gaib terburuk yang ditunggu, saat kiamat, saat bencana yang lebih dahsyat dan siksanya yang amat pedih.” (HR. Tirmidzi)

Salah satu cara untuk mempermudah kita dalam memulai suatu amal ibadah adalah dengan mengetahui akan besarnya manfaat yang kita dapatkan. Segala hambatan atau godaan untuk tidak melaksanakan kebaikan tersebut akan bisa dilewatkan dengan keyakinan yang kuat.

Dan sesungguhnya dalam Al Quran ini Kami telah ulang-ulangi (peringatan-peringatan), agar mereka selalu ingat. Dan ulangan peringatan itu tidak lain hanyalah menambah mereka lari.” (QS. Al Israa’ 41)

Akhirnya marilah kita saling berwasiat kepada kebajikan di jalan yang dirdhoi Allah SWT. Mulailah perbuatan baik dari yang ringan-ringan dan aknhirnya menjadi sebuah kebiasaan... Jika kita rajin menanam kebaikan tentulah kita yang akan memetik buah dari kebaikan tersebut dan orang lainpun ikut merasakannya..!!

Sahabat Sejati

Dari blognya dik Putut Ardiyanto, yang ia dapatkan dari Bulletin di Friendster
Mari kita simak kata demi kata dan renungkan dalam-dalam apa makna sahabat sejati, insya Allah akan dapat menyentuh kalbu kita:

Sahabat Sejati
Apa yang kita alami demi teman kadang-kadang melelahkan
dan menjengkelkan, tetapi itulah yang membuat persahabatan
mempunyai nilai yang indah.
Persahabatan sering menyuguhkan beberapa cobaan, tetapi
persahabatan sejati bisa mengatasi cobaan itu bahkan
bertumbuh bersama karenanya…
Persahabatan tidak terjalin secara otomatis tetapi
membutuhkan proses yang panjang seperti besi menajamkanbesi,
demikianlah sahabat menajamkan sahabatnya. Persahabatan
diwarnai dengan berbagai pengalaman suka dan duka, dihibur-disakiti,
diperhatikan-dikecewakan, didengar-diabaikan, dibantu-ditolak,
namun semua ini tidak pernah sengaja dilakukan
dengan tujuan kebencian.
Seorang sahabat tidak akan menyembunyikan kesalahan
untuk menghindari perselisihan, justru karena kasihnya
ia memberanikan diri menegur apa adanya.
Sahabat tidak pernah membungkus pukulan dengan ciuman,
tetapi menyatakan apa yang amat menyakitkan
dengan tujuan sahabatnya mau berubah.
Proses dari teman menjadi sahabat membutuhkan usaha
pemeliharaan dari kesetiaan, tetapi bukan pada saat kita
membutuhkan bantuan barulah kita memiliki motivasi
mencari perhatian, pertolongan dan pernyataaan kasih
dari orang lain, tetapi justru ia beriinisiatif memberikan
dan mewujudkan apa yang dibutuhkan oleh sahabatnya.
Kerinduannya adalah menjadi bagian dari kehidupan sahabatnya,
karena tidak ada persahabatan yang diawali dengan sikap egoistis.
Semua orang pasti membutuhkan sahabat sejati,
namun tidak semua orang berhasil mendapatkannya.
Banyak pula orang yang telah menikmati indahnya persahabatan, namun
ada juga yang begitu hancur karena dikhianati sahabatnya.
Beberapa hal seringkali menjadi penghancur
persahabatan antara lain :
1. Masalah bisnis UUD (Ujung-Ujungnya Duit)
2. Ketidakterbukaan
3. Kehilangan kepercayaan
4. Perubahan perasaan antar lawan jenis
5. Ketidaksetiaan.
Tetapi penghancur persahabatan ini telah berhasil dipatahkan
oleh sahabat-sahabat yang teruji kesejatian motivasinya.
Renungkan :
**Mempunyai satu sahabat sejati lebih berharga dari seribu teman yang mementingkan diri sendiri
“Dalam masa kejayaan, teman2 mengenal kita. Dalam kesengsaraan, kita mengenal teman2 kita.”**

Keberkahan Harta

Harta ini adalah anugerah dari Allah sekaligus titipan. Di sisi lain terkadang harta yang kita miliki itu bisa menjadi cobaan/fitnah. Untuk itulah kita harus pandai-pandai bagaimana dalam menyikapinya.

Salah satu hal yang harus diingat bahwa harta yang kita miliki itu akan dipetanggungjawabkan di hadapan Allah SWT Dari mana didapatkanya? ; Bagaimana caranya? Dan untuk apa penggunanya? Kita harus benar-benar memanfaatkan harta tersebut dengan sebaik-baiknya.

Sebaik-baik umat adalah yang paling banyak manfaatnya untuk orang lain. Untuk itulah sudah selayaknya harta yang kita miliki dibelanjakan ke jalan Allah salah satunya dengan bersedekah kepada fakir miskin.

Kekayaan yang Allah berikan kepada manusia merupakan titipan sementara. Sebagian manusia mendapatkan titipan itu dengan jumlah yang besar dan sebagian yang lain mendapatkannya dengan jumlah kecil. Namun, menurut ajaran Islam, keberkahan harta benda itu tidak ditentukan oleh besaran jumlahnya.

Di dalam Al Qur’an terdapat sebuah kisah tentang seoarang yang shalih bernama Luqman yang memberikan nasihat kepada anaknya. Pada suatu ketika anaknya bertanya kepada Luqman. “Ya Ayah, selama Aku hidup di dunia, hal apa yang paling utama yang harus dipegang teguh.” “Nilai-nilai agama wahai anakku. Karena dengan nilai-nilai itu jalan hidup kita akan lurus, “jawab Luqman. “kemudian apa lagi wahai Ayah, “Tanya si anak lanjut. Luqman kemudian menjelaskan tentang konsep harta. Bahwa seorang muslim harus mencari nafkah/harta dengan sebaik-baiknya. Karena dengan harta itu, kita bisa berbuat banyak. Bisa pergi haji, bersedekah atau membangun masjid. “apa lagi ya Ayah, “Tanya sang anak penasaran. Luqman memberi penjelasan lagi, bahwa kita harus malu dalam hidup ini. Kisah ini sangat bagus untuk kita renungi. Pada kisah lainnya, pernah ratu Bilqis bertanya tentang kekayaan yang sangat luar biasa yang dimiliki Nabi Sulaiman. Nabi Sulaiman menjawab bahwa semua kekayaan ini adalah anugerah dari Allah. Intinya, kita harus berikhtiar dengan sekeras-kerasnya jangan lupa, kita harus berbagai dengan mereka yang kurang mampu.


Harta kekayaan seseorang akan berkah jika pemiliknya melakukan amalan-amalan sesuai dengan tuntunan Islam. Berikut amalan-amalan yang dimaksud.

Pertama, syukur kepada Allah SWT atas segala nikmat yang dikaruniakan kepadanya.

Allah berfirman,

Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan. Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS Ibrahim [14]: 7).

Kedua, silaturahim. Amalan ini merupakan upaya menyambung tali persaudaraan antar sesama manusia: merajut dan memperkuat ukhuwah Islamiyah (persaudaraan Muslim) dan ukhuwah insaniyah (persaudaraan sesama manusia). Praktik ini dapat melapangkan rezeki dari Allah.

Abu Hurairah RA menyampaikan sebuah hadis Nabi SAW yang berkaitan dengan hal ini, “Barang siapa yang ingin dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, hendaknya ia menyambung tali kekerabatan (silaturahim).” (HR Bukhari).

Ketiga, menafkahkannya di jalan Allah. Berkembangnya harta dipengaruhi juga oleh faktor di mana ia dibelanjakan.

Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan, Allah Mahaluas (kurnia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah [2] ayat 261).

Keempat, senantiasa melakukan kebaikan. Segala kebaikan akan kembali kepada pelakunya. Kebaikan itu akan membuahkan keberkahan dan kebahagiaan. Dalam Alquran, dijelaskan,

Jika kamu berbuat baik (berarti) berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri, dan apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) yang kedua, (Kami datangkan orang-orang lain) untuk menyuramkan muka-muka kamu dan mereka masuk ke dalam masjid, sebagaimana musuh-musuhmu memasukinya pada kali pertama dan untuk membinasakan sehabis-habisnya apa saja yang mereka kuasai. (QS. 17:7)

Kelima, berzakat dan bersedekah. Zakat dan sedekah akan membersihkari harta seseorang karena di dalamnya terdapat hak orang lain.

Allah berfirman, “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka. Dengan zakat itu, kamu membersihkan dan menyucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya, doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan, Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. At Taubah [9]: 103).

Itulah lima amalan yang akan mendatangkan keberkahan harta kekayaan. Semoga Allah menurunkan keberkahan-Nya dari langit dan bumi melalui harta kekayaan yang kita miliki.

Harta yang paling berharga tentunya amal shalih. Karena amal shalih inilah yang akan menjadi bekal kita dalam menghadapi hari perhitungan di akhirat kelak. Makanya, kita haris mencari bekal pada kehidupan di dunia ini untuk menghadapi kampong akhirat. Harta yang kita dapatkan ini, harus kita gunakan untuk sebanyak mungkin menolong orang yang membutuhkan bantuan. Dari situlah kita mendapatkan amal shalih untuk bekal di akhirat. Semoga kita semua bias mendapatkan kebahagian dunia akhirat. Amin.